Friday, June 19, 2009

#734 - "Dimana Bumi Dipijak, di Situ Langit Dijunjung"

note : this only will only be written in Bahasa Indonesia because part of this entry is about one Indonesian proverb.

Belakangan ini, sebagai satu rutinitas lagi di masa liburan panjang, aku menonton
Star Trek: Voyager. Semalam aku menonton satu episode yang berjudul Alliances dan rasanya ada beberapa hal menarik di dalamnya.

Ringkasan episode: (detail bisa dibaca melalui link, dalam Bahasa Inggris)

Karena terus menerus diserang bangsa Kazon, kapten Kathryn Janeway memutuskan untuk mencoba usulan beberapa anak buahnya untuk membuat aliansi dengan beberapa sekte Kazon. Kazon adalah bangsa yang terpecah-pecah dalam beberapa sekte. Awalnya Kapten Janeway tidak setuju dan tetap berpegang teguh pada prinsip dan aturan Federasi. Namun, setelah usulan dari Komandan Chakotay dan Letnan Tuvok, ia luluh dan mau mencoba membuat aliansi.
Neelix pergi ke planet Sobra untuk mencari kawannya yang memiliki hubungan dengan pemimpin salah satu sekte Kazon. Malangnya, ia ditangkap dan dipenjara. Di penjara, ia bertemu dengan seorang bangsa Trabe. Akhirnya mereka berhasil lolos dan kembali ke pesawat. Bangsa Trabe adalah bangsa maju yang dulunya memperbudak Kazon. Setelah memberontak, Kazon berhasil menang dan menghancurkan planet asal Trabe.

Kapten Janeway sejak awal tidak mantap untuk beraliansi dengan Kazon karena keliaran Kazon. Oleh karenanya, tawaran aliansi dari bangsa Trabe, yang memiliki sekonvoi pesawat dan nampak ramah, terdengar menarik. Mereka setuju untuk membuat pertemuan antara mereka dengan semua pemimpin sekte Kazon yang agendanya membicarakan aliansi mereka dan kedamaian. Singkat cerita, ternyata pertemuan itu adalah jebakan bangsa Trabe untuk membunuh semua pemimpin sekte Kazon, tanpa sepengetahuan Kapten Janeway.

Kapten Janeway marah dan mengusir pemimpin Trabe dari Voyager. Kondisi menjadi semakin runyam karena kini semua sekte Kazon menjadi tidak suka padanya. Di akhir episode, Janeway menekankan bahwa di dunia tak dikenal yang berisi bangsa tanpa 'hukum', penting untuk berpegang teguh pada prinsip dan aturan yang sudah dimiliki.

=== Ringkasan Selesai ===

Bahasa Indonesia memiliki sebuah peribahasa: "Dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung" yang artinya haruslah mengikuti/menghormati adat istiadat di tempat tinggal kita (sumber:
halaman ini). Sekilas, Kapten Janeway tidak mengikuti peribahasa ini karena sejak awal ia bersikeras untuk mengikuti aturan Federasi. Padahal, Federasi berada 70.000 tahun cahaya darinya atau dengan kata lain berada di kuadran lain dari galaksi Bima Sakti. Sekilas, ia memang nampak keras kepala dan keras hati. Namun, kalau dilihat lebih jauh lagi, ternyata tidak 'semudah' itu.

Sikap Janeway ini sebenarnya berarti mendalam (menurutku). Sepertinya, salah satu alasan kuat mengapa Janeway tetap berpegang teguh pada prinsipnya adalah supaya Voyager tidak kehilangan jati diri Federasi. Berada di lingkungan yang belum terjamah Federasi, tentunya Voyager menjadi impresi pertama bangsa-bangsa di lingkungan itu akan Federasi. Jika impresinya buruk, itu menjadi promosi negatif bagi Federasi. Jika promosi negatif ini terjadi, tentu orang-orang di daerah baru sangat mungkin untuk membuat prasangka buruk tentang Federasi.

Selain itu, alasan yang lebih kuat sepertinya adalah supaya Voyager tidak kehilangan jati diri. Kehilangan jati diri tentu merupakan sesuatu yang sangat tidak menyenangkan. Seseorang menjadi tidak tahu siapa sebenarnya dirinya, bagaimana sifat-sifatnya. Memang betul menyesuaikan diri dengan lingkungan baru memang penting. Namun, ini terutama bertujuan untuk mengurangi konflik antara kita dengan lingkungan baru serta agar keharmonisan bisa terjaga. Namun, itu tidak dapat menjadi alasan bahwa seseorang mampu menghapus jati dirinya dan mengikuti lingkungan yang baru. Filterisasi tetap penting dilakukan supaya kita tetap mengenal siapa diri kita.

Yah, filterisasi yang tidak berjalan dengan baik ini terjadi di Indonesia. Banyak anak muda bangsa yang sepertinya kurang mengenal lagi kebudayaan asli Indonesia. Aku mungkin satu di antaranya (nggak munafik). Ini sepertinya akibat bombardir berlebihan dari luar negeri. Persepsi akan "luar negeri itu lebih baik" sepertinya melekat kuat. Ini mungkin dijelaskan dengan peribahasa bahasa Indonesia lainnya: "Rumput tetangga nampak lebih hijau". Ini menjadi tidak masalah jika kita masih bisa mensyukuri "rumput sendiri". Masalah muncul jika kita mau ikut-ikutan "rumput tetangga" tanpa melakukan refleksi lebih jauh dahulu mengenai plus dan minus-nya. Akibatnya, malah rumput sendiri jadi rusak dan tetap nggak seindah rumput tetangga, hahaha... .

Siapa yang salah? Yah, rasanya tidak bisa juga serta merta menyalahkan masyarakat akan fenomena ini. Mungkin sistem yang ada juga tidak mendukung untuk "mensyukuri rumput sendiri" atau malah pembuat sistemnya bisa jadi juga tidak "mensyukuri rumput sendiri".

Di episode Voyager ini, filterisasi dilakukan dengan cara negosiasi. Jika negosiasi berjalan dengan lancar dan semua pihak setuju, berarti suatu kondisi harmonis telah dicapai. Voyager tetap tidak kehilangan jati dirinya, tetapi mereka mampu menyesuaikan dengan lingkungan setempat, yang dikuasai Kazon. Kapten Janeway tidak mau begitu saja menerima semua permintaan Kazon dalam negosiasi. Ini sebuah tindakan filterisasi yang taktis, yaitu supaya 'keamanan' tetap terjaga karena bagaimanapun juga Janeway tidak bisa mempercayai Kazon 100%.

Tindakan "negosiasi" di Indonesia mungkin bisa diwakili dengan undang-undang yah. Jadi dengan undang-undang itu seharusnya filterisasi bisa dilakukan.

Jadi, dengan filterisasi yang tepat itu, barulah peribahasa "Dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung" terjalankan dengan baik. Berarti, mungkin pengertian peribahasa itu perlu sedikit dimodifikasi yah.

----

Koq jadi serius sekali ya posting kali ini?? Yah, itu sih apa yang muncul di otakku setelah menonton episode ini. Star Trek memang seri yang sangat menarik dan 'dalam', tidak hanya menekankan pada sisi action saja. Makanya aku suka acara ini, hahaha... .

No comments:

Post a Comment